Senin, 16 Maret 2009

Teknik Pengerjaan Soal Olimpiade Matematika 5

Pada teknik kelima ini, akan dijelaskan bagaimana mengerjakan soal-soal Olimpiade Matematika denganteknik menggunakan bantuan. Tek menggunakan bantuan ini cenderung digunakan untuk mengerjakan soal-soal geometri, tetapi tidak menutup kemungkinan untuk materi yang lainnya juga. Pada materi geometri, biasanya ada beberapa informasi yang tidak dituliskan pada soal, tetapi informasi tersebut berlaku benar dan dibutuhkan dalam menyelesaikan soal tersebut. Memunculkan informasi tersebutlah yang dimaksud dengan teknik menggunakan bantuan. Informasi-informasi tersebut bisa berupa penambahan segmen garis atau definisi/teorema yang terkait dengan soal.Menurut pengalaman penulis, soal geometri merupakan soal yang amat sulit bagi sebagian besar siswa. Hal ini diperoleh dari penulis pada saat mengajar siswa kelas 9 materi kesebangunan dan kongruensi. Siswa masih sulit mengumpulkan data-data “tersembunyi” yang terkait dengan soal yang diberikan. Hal ini bisa diatasi dengan memberikan latihan yang banyak (drill) pada siswa sehingga mereka akan menemukan pola berpikirnya sendiri.Untuk lebih jelasnya bisa dibaca pada file yang bisa diunduh di sini. Sumber : http://jsuwarno.blogspot.com/2009/03/teknik-pengerjaan-soal-olimpiade-5.html

Teknik Pengerjaan Soal Olimpiade Matematika 4

Teknik menggunakan definisi/teorema/rumus saya hadirkan diposting sekarang ini. Dalam aplikasinya, diperlukan dasar-dasar pengetahuan (definisi/teorema/rumus) yang harus dikuasai oleh siswa yang akan mengerjakan soal-soal olimpiade matematika. Beberapa definisi/teorema/rumus telah dipelajari siswa di ruang kelas di sekolah. Akan tetapi masih banyak ilmu (definisi/teorema/rumus) yang belum ada di kurikulum sekolah sehingga guru tidak memberikannya di kelas.Untuk siswa yang belum pernah menyinggung sama sekali beberapa definisi/teorema/rumus yang ada pada modul ini, saya berharap kamu tidak perlu khawatir. Karena saya akan memberikan penjelasan lebih lanjutnya pada saat penjelasan materi olimpiade matematika.Ada hal-hal yang terasa “aneh” dalam mempelajari definisi/teorema/rumus , hal itu dikarenakan banyak di antara kita jarang membaca dan menelaah hal-hal yang sesungguhnya sudah menjadi hal umum dikalangan penggunanya. Untuk itu, bagi siswa yang memanfaatkan blog ini dalam mempelajari soal-soal OM, saya berharap kamu untuk sering membaca dan sering menelaah hal-hal yang baru tersebut.Untuk memahami teknik ke-4 ini, silahkan kamu unduh di sini. Sumber : http://jsuwarno.blogspot.com/2009/03/teknik-pengerjaan-soal-olimpiade-4.html

Teknik Pengerjaan Soal Olimpiade Matematika 3

Pada posting yang ketiga ini akan dijelaskan teknik pengerjaan soal OM dengan menggunakan variabel. Ciri-ciri soal yang biasanya diselesaikan dengan cara ini adalah soal cerita. Kebiasaan siswa di sekolah jarang memahami kegunaan/manfaat dari belajar tenatng variabel. Dari pengalaman penulis, banyak siswa masih mengandalkan kekuatan “bernalar” dalam menyelesaikan soal-soal cerita. Yang lebih tragis lagi, kebanyakan siswa masih berpikir induktif dalam memahami penyelesaian suatu soal. Kejadian ini akan mengakibatkan siswa mudah tertipu oleh syarat-syarat yang ada pada soal. Sehingga siswa akan memperoleh jawaban yang salah. Berpikir induktif memang juga diperlukan, tetapi kita harus tahu batasan-batasan yang harus dipenuhi. Dengan menggunakan bantuan varibel maka siswa akan berlatih untuk berpikir deduktif. Di matematika, berpikir deduktif adalah landasan berpikir yang harus ada. Dengan berpikir induktif maka kita akan terbiasa mengambil kesimpulan (jawaban) dengan cermat dan hati-hati.Untuk lebih jelasnya tentang teknik pengerjaan soal OM dengan menggunakan variabel bisa di unduh di sini. Sumber : http://jsuwarno.blogspot.com/2009/03/teknik-pengerjaan-soal-olimpiade-3.html

Selasa, 10 Maret 2009

Teknik Pengerjaan Soal Olimpiade Matematika 2

Pada posting pertama, telah diberi contoh soal-soal yang bisa dikerjakan dengan teknik melihat pola. Pada posting kali ini, akan diberikan contoh soal-soal olimpiade matematika yang bisa dikerjakan dengan teknik mendata. Ciri-ciri soal yang akan dikerjakan dengan teknik ini biasanya adalah soal-soal yang tidak pernah dipelajari rumusnya di sekolah. Jadi soalnya relatif baru, namun demikian, soalnya bisa dimengerti/dipahami oleh peserta OM. Soal terlihat mudah namun perlu kejelian dalam melihat berbagai kemungkinan jawaban yang mungkin. Biasanya peserta OM akan mengalami keputus-asaan jika menemukan soal jenis ini. Padahal soal seperti ini lebih mudah dikerjakan dari pada soal-soal yang dibutuhkan rumus. Jawaban soal yang dikerjakan dengan teknik ini biasanya relatif banyak, sehingga dalam pengerjaannya bisa digabung dengan teknik pengerjaan soal yang pertama, yaitu teknik melihat pola. Untuk lebih jelasnya, teknik pengerjaan soal olimpiade matematika dengan mendata bisa diunduh di sini. Sumber : http://jsuwarno.blogspot.com/2009/03/teknik-pengerjaan-soal-olimpiade-2.html

Senin, 09 Maret 2009

Teknik Pengerjaan Soal Olimpiade Matematika

Olimpiade pada akhir-akhir mulai naik daun. Banyak even olimpiade yang diadakanoleh pihak/organisasi pemerintah maupun swasta bahkan LSM pada akhir-akhir ini. Tidak menutup kemungkinan hal ini disebabkan oleh seringnya indonesia memperoleh medali pada even-even internasional, baik di bidang matematika, fisika, bologi, kimia, komputer, astronomi, ilmu sosial atau yang lainnya. Semangat para pejuang pengharum bangsa tersebut mulai tercium samapi pelosok negeri. Oleh sebab itu gema olimpiade semakin menggaung.Khusus untuk Olimpiade Matematika (OM), sepertinya mempunyai power tersendiri yaitu soal pemecahan masalah (problem solving) yang menuntuk penalaran peserta OM. Mengapa dibilangan seperti itu? Banyak lembaga yang menyelenggarakan even olimpiade memilih bidang matematika sebagai “bahan”nya. Hal ini disebabkan soal-soal yang akan diberikan lebih memberikan tantangan. Apakah tantangan tersebut tidak bisa dikerjakan? Tidak, banyak soal OM yang bisa dikerjakan tanpa menggunakan rumus yang njlimet. Banyak soal yang dikeluarkan dalam ajang OM bisa dikerjakan dengan cara “coba-coba”. Dalam mengerjakan soal OM, ada beberapa teknik pengerjaan soal yang bisa dilakukan untuk memperingan kerja otak. Teknik tersebut antara lain: teknik melihat pola, teknik mendata, teknik menggunakan variabel, teknik menggunakan definisi/teorema/rumus, tenik menggunakan bantuan, teknik mengkaitkan pertanyaan dengan hal yang diketahui.Sepertinya teknik-teknik itu tumpang tindih antara satu dengan yang lainnya dan sepertinya hal itu adalah syarat utama dalam pengerjaan soal. Memang benar, dalam mengerjakan soal, semua teknik ini akan termanfaatkan. Tetapi dari segi “takaran”nya, teknik-teknik ini bisa dikelompokkan. Akan lebih jelasnya jika anda memperlajari satu per satu dari teknik ini. Teknik melihat pola bisa diunduh di sini. Sumber : http://jsuwarno.blogspot.com/2009/03/teknik-pengerjaan-soal-olimpiade.html

Rabu, 04 Maret 2009

Prinsip Mengajar Matematika

Mengajar matematika yang efektif memerlukan pemahaman pengetahuan siswa dan kebutuhan untuk belajar sehingga menarik serta mendukung mereka untuk belajar yang baik Para siswa belajar matematika melalui pengalaman yang difasilitasi guru. sehingga, siswa memahami matematika, agar mereka mampu menggunakannya untuk memecahkan masalah, dan mereka menjadi percaya diri, matematika dibentuk oleh semua pengajar yang berada di sekolah. Peningkatan pendidikan matematika untuk semua siswa memerlukan pembelajaran matematika yang efektif di semua kelas. Guru matematika yang baik adalah selalu berusaha dengan kompleks, dan tidak ada hal yang mudah untuk membantu semua siswa belajar atau membantu semua guru menjadi efektif. Meskipun demikian, banyak diketahui mengajar matematika yang efektif, perlu pengetahuan dalam memandu aktivitas dan pertimbangan profesional. Untuk bisa efektif, guru harus mengetahui dan memahami matematika ketika mereka sedang mengajar dan bisa memberi gambaran/ilustrasi pada pengetahuan dengan fleksibel saat mereka tugas mengajar. Mereka perlu memahami dan merasa terikat dengan para siswa mereka, ketika belajar matematika bersikap manusiawi serta memiliki kemahiran dalam memilih dan menggunakan berbagai keterampilan pendidikan dan strategi penilaian ( Komisi pengawas Nasional Mengajar dan masa depan America’s 1996). Sebagai tambahan, pembelajaran efektif memerlukan cerminan/keteladanan dan usaha berkesinambungan untuk mencari peningkatan. Para guru harus mempunyai sumber daya dan peluang besar dan sering untuk meningkatkan serta menyegarkan pengetahuan mereka. Pembelajaran efektif memerlukan pengetahuan dan pemahaman matematika, siswa sebagai pebelajar, dan strategi pendidikan. Para guru memerlukan beberapa macam pengetahuan matematika yang berbeda, pengetahuan tentang keseluruhan materi; pengetahuan fleksibel tentang sasaran dan tujuan kurikulum serta tentang gagasan yang penting pada setiap tingkatan kelas; pengetahuan tentang tantangan para siswa dalam belajar membutuhkan bimbingan; pengetahuan tentang bagaimana gagasan dapat diwakili untuk mengajar siswa secara efektif; dan pengetahuan tentang bagaimana dapat pemahaman siswa. Pengetahuan banyak membantu para guru dalam pertimbangan ketika membuat kurikulum, merespon terhadap pertanyaan siswa, dan melihat hal yang penting pada konsep yang sedang dikemukakan serta merencanakan sesuatu yang sesuai. Pengetahuan pendidikan, banyak diperoleh melalui praktek mengajar, membantu guru memahami bagaimana siswa belajar matematika, menjadi mahir dengan teknik mengajar yang berbeda dan dapat mengelola/mengatur kelas. Guru perlu memahami gagasan pokok dalam matematika dan bisa menghadirkan matematika sebagai satu hubungan ( Schifter 1999; Ma 1999). Keputusan dan tindakan guru di dalam kelas dapat mempengaruhi para siswa ketika belajar matematika. Sebagai contoh, pecahan dapat dipahami sebagai bagian-bagian dari suatu utuh, hasil bagi dua bilangan bulat, atau suatu garis bilangan penting untuk digunakan guru matematika. Seperti pemahaman ditandai ” pemahaman dalam pokok matematika” ( Ma 1999). Guru juga perlu memahami penyajian yang berbeda dari suatu gagasan, yang relatif dari tiap kelemahan dan kekuatan, dan bagaimana mereka dihubungkan dengan satu sama lain (Wilson, Shulman, dan Richert 1987). Mereka mengetahui gagasan, siswa sering mempunyai kesulitan cara untuk membantu kesalahpahaman umum. Pembelajaran matematika efektif memerlukan suatu komitmen serius kepada pengembangan dari pemahaman matematika siswa. Sebab siswa belajar dengan menghubungkan gagasan baru ke pengetahuan utama, guru harus memahami apa yang siswa telah ketahui. Guru secara efektif mengetahui bagaimana cara mengajukan pertanyaan dan rencana pelajaran yang mengungkapkan pengetahuan siswa lebih dulu, kemudian mereka bisa mendisain pengalaman dan pelajaran yang bereaksi terhadap, dan berdasar pada pengetahuan. Guru mempunyai strategi dan gaya berbeda untuk membantu para siswa belajar matematika pada gagasan tertentu, dan tak seorangpun “cara benar” untuk mengajar. Bagaimanapun, para guru efektif mengenali bahwa keputusan mereka membuat bentuk matematika dapat menciptakan pengaturan kaya untuk belajar. Pemilihan dan penggunaan curricular material, penggunaan teknik dan alat sesuai, mulai bekerja praktik melakukan peningkatan diri berlanjut yaitu tindakan guru baik setiap hari. Salah satu kompleksitas mengajar matematika adalah menyeimbangkan pelajaran kelas yang direncanakan penuh arti dengan pengambilan keputusan berkelanjutan yang tak bisa diacuhkan terjadi ketika guru dan siswa bertemu berbagai kesulitan atau penemuan yang tidak diantisipasi ke dalam wilayah yang belum dipetakan. Pembelajaran matematika yang baik melibatkan, menciptakan, memperkaya, memperbaiki, dan mengadaptasi instruksi untuk bergerak ke arah tujuan matematika, menangkap dan mendukung minat, melibatkan para siswa dalam membangun pemahaman matematika. Pembelajaran efektif memerlukan suatu kelas yang menantang dan lingkungan yang mendukung pembelajaran. Para guru membuat aneka pilihan setiap hari banyak orang masing-masing sekitar bagaimana lingkungan belajar akan tersusun dan matematika yang akan ditekankan. Keputusan ini menentukan, bagi para siswa. Pembelajaran efektif menyampaikan suatu kepercayaan pada masing-masing siswa dan diharapkan untuk memahami matematika, masing-masing akan didukungnya atau berusaha untuk memenuhi tujuan. Para guru menetapkan dan memelihara suatu lingkungan yang berguna bagi pembelajaran matematika melalui keputusan mereka yang membuat, percakapan mengarang musik, dan pengaturan fisik mereka ciptakan. Tindakan guru adalah mendorong para siswa untuk berpikir, mempertanyakan, memecahkan permasalahan, dan mendiskusikan gagasan, strategi, dan solusi. Guru bertanggungjawab untuk menciptakan suatu lingkungan intelektual matematika pemikiran serius. Lebih dari sekedar fisik yang menentukan dengan meja tulis, papan buletin, dan poster, lingkungan kelas komunikasi pesan sulit dipisahkan tentang apa yang dihargai belajar dan melakukan matematika. Apakah kerja sama/kolaborasi dan diskusi siswa didukung? Apakah para siswa diharapkan untuk membenarkan pemikiran mereka? Jika para siswa belajar untuk membuat dugaan, mengadakan percobaan dengan berbagai pendekatan memecahkan masalah, membangun argumentasi matematika dan bereaksi terhadap pendapat, kemudian menciptakan suatu lingkungan yang membantu perkembangan berbagai aktivitas. Dalam pembelajaran efektif, tugas matematika bermanfaat untuk digunakan memperkenalkan gagasan penting matematika, untuk melibatkan dan menghadapi tantangan siswa dengan alasan. Tugas yang dipilih dengan baik dapat mengesalkan kecurigaan siswa dan menarik mereka ke dalam matematika. Tugas mungkin dihubungkan kepada pengalaman dunia nyata para siswa, atau mereka boleh memunculkan konteks matematika. Dengan mengabaikan konteks, tugas yang bermanfaat harus membangkitkan minat, dengan suatu tingkatan tantangan yang mengundang spekulasi dan pekerjaan berat. Seperti tugas sering dapat didekati lebih dari satu cara, seperti dengan menggunakan suatu perhitungan yang menghitung pendekatan, menggambar menarik suatu diagram geometris dan menyebut satu per satu berbagai kemungkinan, atau menggunakan penyamaan secara aljabar, yang membuat tugas dapat diakses ke para siswa dengan pengetahuan utama bervariasi dan pengalaman. Manfaat tugas sendiri tidaklah cukup untuk pembelajaran efektif. Para guru harus memutuskan aspek apa yang suatu tugas untuk menyoroti, bagaimana cara mengorganisir dan mengarang musik pekerjaan para siswa, pertanyaan apa untuk menghadapi tantangan mereka yang mempunyai bervariasi tingkat keahlian, dan bagaimana cara memotivasi siswa tanpa mengambil alih proses berpikir untuk mereka dan dengan begitu menghapuskan tantangan. Sumber : http://aflah.wordpress.com/2008/02/22/prinsip-mengajar-matematika/

Selasa, 03 Maret 2009

Jadwal dan Kisi-kisi serta POS Ujian Nasional 2009

Ujian Nasional 2009 Bulan April dan Mei

Kalau tidak ada perubahan, bisa dipastikan Ujian Nasional (UN) 2009 akan dilaksanakan bulan April dan Mei. Hal ini terutama bila melihat kalender pendidikan yang dikeluarkan Departemen Pendidikan Nasional.

Untuk siswa SMA/MA UN diagendakan pada 20-22 April 2009 dan susulannya tanggal 27-29 April. Hingga kini belum ada kepastian berapa mata pelajaran yang diujikan. Namun bisa dipastikan, 6 mata pelajaran yang diujikan pada UN lalu akan kembali diujikan untuk UN 2009 mendatang.

Untuk tingkat SMP/MTs UN akan digelar 4-7 Mei 2009, dengan UN susulan tanggal 11-13 Mei 2009. Apabila pada UN yang lalu diujikan 4 mata pelajaran, besar kemungkinan untuk tahun nanti akan ditambah 1 atau 2 mata pelajaran lagi. Dari isu yang berkembang mata pelajaran IPS dan PKn besar kemungkinan mulai diujikan. Persiapan yang dilakukan oleh Puspendik telah dilakukan sejak tahun lalu, yakni dengan mulai mempersiapkan soal-soal IPS dan dihimpun dalam bentuk bank soal.

Keadaan ini mungkin sesuatu yang tidak mengenakkan, terutama bagi siswa SMP/MTs. Namun bagaimanapun semua harus dilalui. Sebelum terlambat, ada baiknya siswa SMP/MTs mempersiapkan diri dengan menjadikan mata pelajaran IPS dan PKn sebagai bagian dari mata pelajaran yang akan di-UN-kan.

Ini dapat dipahami, karena seperti biasanya, kepastian ikut atau tidaknya sebuah mata pelajaran di-UN-kan selalu saja terlambat diumumkan. Tahun lalu misalnya, kepastian mata pelajaran IPA ikut UN baru diketahui diawal Januari 2008, atau 4 bulan sebelum UN dilaksanakan.

Bagi Bapak/Ibu Guru dan Kepala Sekolah tentunya diminta juga kesiapannya dalam mempersiapkan siswa, khususnya 6 mata pelajaran tersebut (Bahasa Indonesia, Matematika, Bahasa Inggris, IPA, IPS, dan PKn). Persoalan kalau nanti tidak jadi diujikan, tidak masalah. Tapi kalau diujikan, tentu para siswa sudah lebih siap tentunya

Adapun kriteria kelulusan hingga kini juga belum ada pengumuman dari BSNP maupun Puspendik. Apakah akan ada peningkatan dalam nilai per mata pelajaran dan nilai rata-rata, kita masih menunggu.

Sedangkan untuk SD/MI, bentuk ujiannya masih mengacu kepada model UASBN. Untuk UASBN sendiri diagendakan tanggal 11-13 Mei 2009 nanti, dengan UASBN susulan seminggu kemudian.

CATATAN: Untuk informasi terbaru dan jadwal pasti UN 2009

Berita terbaru dari situs Depdiknas adalah tentang jadwal pasti Ujian Nasional 2009 dan Kisi-kisi UN untuk SMA/MA, SMP/MTs, dan SD. Informasi itu tertuang dalam Peraturan Menteri (Permen) Nomor 77, 78, dan 82.

Pada Permen itu juga dijelaskan, bahwa kriteria kelulusan yang harus dicapai siswa mengalami peningkatan, khususnya untuk nilai rata-rata mata pelajaran. Tahun lalu rata-rata semua mapel UN 5,25 dan tahun ini naik menjadi 5,50.

Selain itu nilai minimal permapelnya masih 4,25. Akan tetapi siswa boleh memiliki 2 mapel nilai 4,00 asalkan nilai rata-rata semua mapelnya mencapai 5,50.

Jadwal Ujian Nasional

Berdasarkan kesepakatan bersama (BSNP, Depdiknas, dan Depag) diputuskan jadwal Ujian Nasional sebagai berikut :

- SMA/MA (20 — 24 April 2009) - SMP/Mts (27 — 30 April 2009) - SD/MI (11 — 13 Mei 2009) - SMK/SMALB (20 — 22 April 2009)

Kisi-Kisi Ujian Nasional

Untuk kisi - kisi Ujian Nasional dapat dilihat dalam: Peraturan Mendiknas Nomor 77 Tahun 2008 Tentang Ujian Nasional Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA) Tahun Pelajaran 2008/2009. Peraturan Mendiknas Nomor 78 Tahun 2008 Tentang Ujian Nasional Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah/Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa (SMP/MTS/SMPLB), Sekolah Menengah Atas Luar Biasa (SMALB), dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Tahun Pelajaran 2008/2009. Peraturan Mendiknas Nomor 82 Tahun 2008 Tentang Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional (UASBN) Untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah/Sekolah Dasar Luar Biasa (SD/MI/SDLB) Tahun Pelajaran 2008/2009.