Senin, 25 September 2023

3.1.a.8. Koneksi Antar Materi - Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin


Pendidikan adalah tindakan yang disengaja untuk mempersiapkan peserta didik melalui berbagai kegiatan seperti bimbingan, pengajaran, dan latihan, agar mereka siap untuk peran mereka di masa depan. Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi individu dan membimbing mereka menuju tujuan yang diharapkan, menciptakan manusia yang berkualitas. Pengembangan potensi peserta didik bertujuan untuk membentuk karakter mereka, sehingga mereka dapat menjadi individu yang memberikan manfaat bagi diri mereka sendiri dan masyarakat sekitar.

Sekolah, sebagai institusi moral, memiliki peran penting dalam membentuk budaya, nilai-nilai, dan moralitas dalam diri setiap murid. Perilaku yang diperlihatkan oleh warga sekolah dalam mengimplementasikan nilai-nilai yang dipegang oleh sekolah menjadi contoh bagi murid.

Seorang pendidik harus memiliki kemampuan untuk menjadi teladan bagi murid-muridnya. Hal ini tercermin dalam tindakan sehari-hari mereka, sehingga pendidik dapat menjadi panutan bagi peserta didik dan seluruh warga sekolah, serta di lingkungan tempat tinggal mereka.Dalam peran sebagai pendidik, kita harus memiliki kemampuan untuk memberikan kontribusi yang positif kepada peserta didik. Dalam setiap pengambilan keputusan, prioritas harus diberikan kepada kesejahteraan murid, dengan mematuhi prinsip-prinsip moral. Keputusan yang diambil akan mencerminkan karakter sekolah, nilai-nilai yang dianut, dan akan menjadi contoh bagi seluruh komunitas sekolah dan lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu, seorang pendidik selalu berusaha untuk menanamkan karakter yang didasarkan pada nilai-nilai moral universal dan memperhatikan kebutuhan individual peserta didik. Ini sejalan dengan kutipan Georg Wilhelm Friedrich Hegel yang mengatakan bahwa pendidikan adalah seni untuk membuat manusia berperilaku etis.

Dengan pemahaman ini, pendidikan menjadi proses membimbing siswa dengan penguatan karakter dan norma-norma, sehingga mereka menjadi generasi yang memiliki integritas moral, kebajikan, dan kesadaran akan kebenaran dalam menjalani kehidupan mereka. Generasi masa depan akan mencerminkan kualitas pendidikan saat ini, yang berperan dalam membentuk masa depan negara dengan pencapaian terbaik yang akan memengaruhi arah bangsa ini.

Ketika kita merenungkan semua ini, kita dapat mengaitkan konsep-konsep tersebut dengan pengambilan keputusan dalam modul 3.1 Pendidikan Guru Penggerak.

1. Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?

Seorang pemimpin yang baik adalah pemimpin yang bisa menerapkan filosofi Ki Hajar Dewantara, yakni Pratap Triloka. Seorang pemimpin yang menerapkan filosofi ini akan lebih mudah dalam mengambil keputusan jika ada masalah. Hasilnya pun cenderung akan lebih diterima oleh pihak-pihak yang terlibat. Seorang pemimpin ada baiknya berlandaskan Pratap Triloka dalam pengambilan keputusan. Berikut penjelasan mengenai Pratap Triloka: 

a. Ing ngarsa sung tuladha: di depan selalu memberi contoh atau teladan

b. Ing madya mangun karsa: di tengah selalu memberi semangat 

c. Tut wuri handayani: di belakang selalu memberi dorongan atau dukungan

2. Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?

Nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita sangat memengaruhi keputusan yang akan kita ambil karena nilai tersebut landasan moral dalam suatu pengambilan keputusan. Misalnya, nilai kejujuran sudah kita pegang, maka dalam pengambilan keputusan kita tidak akan membuat keputusan yang di dalamnya terdapat suatu penipuan atau rekayasa.

3. Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan coaching (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil?

Coaching bisa dilaksanakan untuk memfasilitasi seseorang dalam mengambil suatu keputusan. Dengan teknik coaching, seorang coach bisa membantu coachee memaksimalkan potensi yang dimilikinya sehingga coachee bisa membuat solusi atau mengambil suatu keputusan yang tepat. 

Pengambilan keputusan melalui coaching cukup efektif karena minimal ada dua sudut pandang yang digunakan, yakni yang utama dari sudut pandang coachee dan diketahui oleh coach. 

4. Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?

Sebagai seorang guru, aspek sosial emosional yang kita miliki akan sangat berpengaruh terhadap hasil keputusan, terutama yang menyangkut masalah dilema etika. Untuk itu, seorang guru harus dalam kesadaran penuh dalam menyikapi suatu masalah dan saat harus mengambil suatu keputusan. 

5. Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?

Jika ada kasus yang berkaitan dengan masalah moral atau etika, seorang pendidik harus berlandaskan atau berpedoman pada nilai-nilai kebajikan yang diyakininya. Misalnya ada masalah yang di sana terdapat bujukan moral tentang kejujuran yang sebenarnya menguntungkan secara pribadi, seorang pendidik harus tetap mengutamakan nilai-nilai kejujuran sehingga hasil yang akan diputuskan bisa dipertanggungjawabkan secara moral.

6. Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.

Pengambilan keputusan yang tepat harus melalui paradigma, prinsip, dan 9 langkah pengambilan keputusan agar hasil akhirnya berdampak kepada lingkungan yang positif, kondusif, aman, dan nyaman.

7. Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda?

Kasus dilema etika tentunya memberikan tantangan kepada seorang pemimpin sebagai pengambil keputusan karena beberapa pilihan tentunya harus berhadapan dengan beberapa pihak. Hasil keputusan dari dilemma etika kadang menimbulkan pro dan kontra yang merupakan tantangan yang harus dihadapi. Hasil keputusan yang menimbulkan tantangan tentunya berkaitan dengan perubahan paradigma karena jika paradigma yang digunakan oleh beberapa orang yang terlibat kadang berbeda. Hal tersebut sangat berpengaruh terhadap sudut pandang seseorang dalam menilai suatu masalah. 

8. Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda?

Saat kita sebagai guru mengambil keputusan dalam hal pembelajaran kepada murid, tentunya akan sangat berpengaruh terhadap kualitas pembelajaran yang kita laksanakan. Contohnya saya hanya mengambil satu langkah dari bagian uji keputusan terhadap pembelajaran, yakni uji publikasi. Saat kita melaksanakan pembelajaran dan direkam, apakah jika dipublikasikan kita akan bangga atau sebaliknya kita akan malu? Untuk itu, saat mengambil keputusan tentang pembelajaran kita juga harus menerapkan paradigma, prinsip, dan sembilan langkah dalam mengambil keputusan. Kita bisa menerapkan pembelajaran berdiferensiasi dan bebasis kompetensi sosial emosional untuk mengakomodasi kebutuhan siswa sesuai dengan potensi dan minat yang dimilikinya. 

9. Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?

Setiap keputusan yang dilakukan guru sebagai pemimpin pembelajaran akan memengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya. Jika guru mengambil keputusan untuk melaksanakan pembelajaran dengan memperhatikan potensi dan kebutuhan siswa, maka siswa bisa berkembang secara optimal. Potensi siswa yang berkembang tersebut bisa menjadi bekal bagi siswa tersebut dalam menghadapi persoalan di masa depan. 

10. Apakah kesimpulan akhir  yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?

Simpulan akhir yang dapat dari modul ini adalah saat harus mengambil suatu keputusan, seorang pemimpin harus memperhatikan paradigma dan prinsip pengambilan keputusan, serta keputusan diambil melalui sembilan tahap pengambilan keputusan.

Keterkaitan modul 3.1. Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin dengan modul lainnya:

a. Keterkaitan dengan modul 1.1.

Pengambilan keputusan oleh seorang pemimpin harus sesuai dengan salah satu filosofi Ki Hadjar Dewantara, yakni Pratap Triloka: ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, dan tut wuri handayani.

b. Keterkaitan dengan modul 1.2.

Modul 3.1. tentang pengambilan keputusan akan sangat mendukung nilai dan peran guru dalam mengambil keputusan, terutama yang berkaitan dengan pembelajaran yang berpihak kepada siswa. 

c. Keterkaitan dengan modul 1.3.

Modul 3.1. sangat mendukung kemampuan guru dalam mengambil keputusan terkait pembuatan visi yang akan mendukung terwujudnya siswa dengan karakter yang sesuai profil pelajar Pancasila.

d. Keterkaitan dengan modul 1.4

Saat mengambil keputusan, seorang pemimpin harus memperhatikan atau menghadirkan budaya positif dalam proses dan hasil akhir keputusannya.

e. Keterkaitan dengan modul 2.1.

Seorang guru harus bisa mengambil keputusan yang terbaik dalam menyusun pembelajaran yang berpihak kepada siswa. Salah satunya adalah saat memutuskan untuk menerapkan pembelajaran berdiferensiasi.

f. Keterkaitan dengan modul 2.2.

Saat mengambil keputusan, seorang pemimpin harus dalam kesadaran penuh, seperti yang sudah dipelajari dalam modul 2.2.

g. Keterkaitan dengan modul 2.3.

Modul 2.3. membahas topik tentang coaching. Teknik coaching bisa digunakan seorang pemimpin dalam membuat sebuah keputusan.

11. Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?

a. Dilema etika (benar vs benar) adalah situasi yang terjadi ketika seseorang harus memilih antara dua pilihan dimana kedua pilihan secara moral benar tetapi bertentangan. Sementara itu, bujukan moral (benar vs salah) yaitu situasi yang terjadi ketika seseorang harus membuat keputusan antara benar dan salah.

b. Empat paradigma pengambilan keputusan

    1) Individu lawan kelompok (individual vs community) 

    2) Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)

    3) Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)

    4) Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)

c. Tiga prinsip pengambilan keputusan

    1) Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking)

    2) Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)

    3) Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)

d. Sembilan langkah pengambilan keputusan

    1) Mengenali nilai yang bertentangan.

    2) Menentukan pihak yang terlibat 

    3) Mengumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi

    4) Pengujian benar atau salah

    5) Pengujian paradigma benar lawan benar

    6) Melakukan prinsip resolusi

    7) Investigasi opsi trilema

    8) Buat keputusan

    9) Lihat lagi keputusan dan refleksikan

Hal yang menurut saya di luar dugaan adalah sebelumnya saya belum mengetahui istilah-istilah dalam pengambilan keputusan, seperti dilema etika, uji publikasi, uji panutan, dan lain-lain. Selain itu, hal di luar dugaan saya adalah ternyata keputusan yang akan kita ambil harus diuji dulu dengan uji legal, regulasi, intuisi, publikasi, dan idola untuk memastikan dampak dari hasil keputusan tersebut. 

12. Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?

Saya pernah dihadapkan pada situasi moral dilema, yakni saat pembelajaran jarak jauh akibat covid-19. Ada beberapa siswa yang tidak mengumpulkan tugas. Dilemanya adalah guru harus memberikan nilai kepada siswa tersebut. Di sisi lain, siswa tersebut tidak mengumpulkan tugas. Akhirnya, saya memutuskan untuk tetap memberikan nilai, tetapi sebatas nilai KKM. Bedanya dengan yang saya pelajari di modul ini adalah sebelumnya saya tidak tahu hal itu disebut dilema moral atau dilema etika. Saya juga sebelumnya belum tahu tentang paradigma, prinsip-prinsip, dan 9 langkah dalam pengambilan keputusan. Sebelumnya saya memutuskan suatu masalah hanya dengan mengidentifikasi masalah dan mempertimbangkan dampak dari keputusan yang akan dibuat.

13. Bagaimana dampak mempelajari konsep  ini buat Anda, perubahan  apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?

Materi dalam modul ini berdampak positif bagi saya, terutama saat dihadapkan untuk mengambil suatu keputusan. Sebelumnya, saya memutuskan suatu masalah hanya dengan mengidentifikasi masalah dan mempertimbangkan dampak dari keputusan yang akan dibuat. Namun, sekarang saya bisa mengaplikasikan paradigma, prinsip-prinsip, dan 9 langkah dalam mengambil keputusan terhadap suatu permasalahan.

14. Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?

Topik modul ini penting bagi saya sebagai individu karena dalam kehidupan ini kita sering dihadapkan berbagai permasalahan dan kita dituntut mengambil suatu keputusan yang terbaik bagi diri kita. Sebagai seorang pemimpin, topik ini juga sangat penting karena bisa menjadi pedoman saat saya harus membuat suatu keputusan yang dalam hal ini keputusan tersebut tidak hanya menyangkut diri saya pribadi, tetapi menyangkut kepentingan orang banyak.


Demikian koneksi antar materi yang saya paparkan, saya menyadari masih sangat perlu untuk belajar lebih banyak, untuk itu mohon masukannya agar menjadikan motivasi bagi saya untuk selalu tergerak belajar dan melakukan aktivitas yang bermanfaat untuk orang lain. Guru tergerak, bergerak dan menggerakkan. Guru bergerak Indonesia maju.

Jumat, 28 Juli 2023

Aksi Nyata Modul 1.4 - Budaya Positif



A. LATAR BELAKANG
Sekolah adalah institusi pembentukan karakter. Makna pendidikan dari Ki Hajar Dewantara adalah menuntun segala kodrat yang ada pada anak agar mereka sebagai manusia dan anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya. Untuk mewujudkan hal tersebut, penting sekali penerapan budaya positif sekolah dalam pembiasaan sehari-hari untuk penanaman budi pekerti siswa sebagai pembentukan karakter. Salah satu langkah awal yang dapat dilakukan dalam membangun budaya positif yaitu membuat keyakinan kelas. Keyakinan kelas yang efektif dapat membantu dalam pembentukan budaya disiplin positif di sekolah.


B. TUJUAN
  • Membantu proses belajar mengajar sehingga lebih mudah dan tidak menekan murid
  • Membangun hubungan positif dan lebih dekat antara guru dengan murid
  • Membiasakan murid menerapkan budaya positif sehingga menjadi karakter positif dan memiliki budi pekerti

C. TOLOK UKUR
  • Murid aktif dan semangat belajar
  • Guru dan murid saling menyayangi
  • Guru dan murid saling menghormati
  • Guru dan murid saling peduli

D. LINIMASA TINDAKAN YANG DILAKUKAN
  • Mengajukan gagasan/ide kepada Kepala Sekolah
  • Diskusi mengenai langkah konkrit yang akan diambil
  • Menentukan jadwal rapat koordinasi dengan guru-guru yang didampingi oleh Kepala Sekolah untuk sosialisasi penerapan budaya positif
  • Membuat keyakinan kelas untuk mewujudkan kelas impian
  • Mendesain keyakinan kelas

E. DUKUNGAN YANG DIBUTUHKAN
  • Kepala Sekolah dan stake holder yang ada di sekolah
  • Orang tua sebagai pendamping peserta didik dalam menerapkan budaya positif
  • Komite Sekolah
  • Lingkungan Masyarakat

F. DOKUMENTASI KEGIATAN
Untuk kegiatan pembuatan keyakinan kelas di lingkungan sekolah dapat disimak di video berikut ini:


G. HASIL KEYAKINAN KELAS
Keyakinan kelas yang telah disepakati dibuat poster untuk ditempel di dinding kelas:



H. PEMBELAJARAN YANG DIDAPAT DARI AKSI NYATA
Pembelajaran yang didapat dari aksi nyata antara lain yaitu:
  • Pentingnya membuat keyakinan kelas
  • Posisi guru sebagai manajer
  • Restitusi merupakan solusi
  • Pentingnya dukungan dari berbagai pihak dalam kegiatan

I. RENCANA PERBAIKAN
Rencana perbaikan untuk pelaksanaan di masa mendatang yaitu mengevaluasi keyakinan kelas agar menjadi lebih baik lagi.

Selain membuat keyakinan kelas dalam aksi nyata ini juga mengadakan sesi berbagi pemahaman bersama Kepala Sekolah dan rekan guru lain di sekolah:

Berikut ini tautan sesi berbagi aksi nyata modul 1.4 budaya positif: 


Sekian dan terima kasih, semoga bermanfaat.

Selasa, 08 Desember 2020

Sosialisasi Edukasi Perubahan Perilaku


Ikuti Sosialisasi Edukasi Perubahan Perilaku di Masa Pandemi Covid-19 menjelang pembukaan sekolah secara tatap muka pada semester genap mendatang bagi dinas pendidikan, guru, kepala sekolah, dan pengawas sekolah yg berada di wilayah Indonesia bagian Tengah dan Timur, pada :

Hari, tanggal : Kamis, 10 Desember 2020 
Waktu : 10.00 – 12.00 WIB

Pendaftaran melalui tautan 

http://ringkas.kemdikbud.go.id/daftarwebinarGTK

Acara ini juga dapat disaksikan secara langsung pada Kanal youtube Ditjen GTK Kemdikbud RI

Webinar Pembelajaran untuk Pendidikan Khusus

Salam Sehat Sahabat #gtkdikmendiksus 🤩😇
Dalam rangka persiapan penyelenggaraan pembelajaran pada semester genap tahun 2020/2021, kami ingin mengadakan Webinar pembelajaran untuk pendidikan khusus, tentunya dengan materi yang sangat menarik dan narasumber yang sangat kompeten dibidangnya 😊 jangan lupa yaa hari kamis tanggal 10 Desember 2020, jam 13.00 WIB 😉 selain dapat ilmu yang bermanfaat, ada sertifikatnya juga lhoo ☺😁 sehat selalu dan jangan lupa bahagia sahabat 🤗 

#kemendikbud #tenagakependidikan #pendidikankhusus #webinar